Di Indonesia, bra sering disebut beha atau kutang. Tapi, pernahkah kamu penasaran seperti apa sih bra pertama di dunia? Yuk, kita simak perjalanan bra yang mengesankan!
Bra pertama bisa jadi berasal dari Yunani kuno, di mana wanita membungkus dada mereka dengan pita kain. Gaya yang simpel, tapi cukup efektif untuk zamannya!
Kenapa disebut “bra”? Istilah “brassiere” berasal dari bahasa Prancis yang berarti “lengan atas”. DeBevoise Company pertama kali menggunakan istilah ini untuk kamisol dengan tulang ikan paus—iya, ikan paus!
Pada tahun 1889, Herminie Cadolle dari Prancis memperkenalkan bra modern pertama dengan memotong korset tradisional jadi dua bagian: satu untuk pinggang dan satu lagi untuk payudara. Pada 1914, Mary Phelps Jacobs di AS mendapatkan hak paten untuk bra-nya.
Di 1920-an, wanita mulai mencari bentuk payudara yang lebih rata, jadi Marks & Spencer meluncurkan bra datar. Pada 1940-an, bra baja untuk aktris Jane Russell menjadi sensasi, dan di 1950-an, bra berdesain empuk dan kerucut jadi tren.
Masuk 1960-an, Louise Poirier memperkenalkan bra yang menonjolkan belahan payudara, merevolusi cara wanita memandang bra. Di 1970-an, bra olahraga mulai populer, dan pada 1980-an, bra menjadi aksesoris mode dengan desain menarik.
Pada 1990-an, Madonna menghidupkan kembali bra kerucut, dan hingga 2000-an, ukuran bra berkembang hingga K, mengikuti perubahan tren dan ukuran tubuh wanita.
Di Indonesia, bra dikenal sebagai BH, singkatan dari Bustle Houder dalam bahasa Belanda, yang berarti penyangga payudara. Bra menggantikan korset yang dulu populer di era Soekarno, menjadikan pakaian dalam ini lebih nyaman dan modern.
Jadi, dari pita kain hingga bra modern, perjalanan bra sungguh menakjubkan!